BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pada
makalah ini akan dikemukakan tentang pembelajaran berbasis budaya sebagai salah
satu bentuk perwujudan dari tahap-tahap pengembangan pendidikan multikultural. Perlu
ditegaskan di sini bahwa pembelajaran berbasis budaya ini bukan tujuan akhir
pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural masih berproses yang
dikatakan berlangsung terus menerus dan semakin meningkat. Dengan dilaksanakan
pembelajaran berbasis budaya ini maka berbagai proses dan hasil belajar yang
bernuansakan budaya dapat terwujudkan secara konkrit. Budaya diintegrasikan
sebagai alat bagi proses belajar untuk memotivasi peserta didik dalam
mengaplikasikan pengetahuan, bekerja secara kooperatif, dan mempersepsikan
keterkaitan antara berbagai mata pelajaran
B.
Rumusan
Masalah
Terdapat
beberapa rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1.
Apa yang dimaksud dengan perencanaan
pembelajaran berbasis budaya?
2.
Bagaimana cara penerapan pembelajaran
berbasis budaya?
3.
Apa saja empat macam pembelajaran
berbasis budaya?
C.
Tujuan
Penulisan
Terdapat
beberapa tujuan penulisan dalam makalah ini, yaitu:
1.
Menjelaskan tentang perencanaan
pembelajaran berbasis budaya.
2.
Menerapkan pembelajaran berbasis budaya
pada berbagai bentuk pembelajaran di sekolah dasar.
3.
Mengetahui empat macam pembelajaran
berbasis budaya.
BAB II PEMBAHASAN
PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA
A.
PERENCANAAN
PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA
Pemakaian
budaya lokal (etnis) dalam Pembelajaran Berbasis Budaya sangat bermanfaat bagi
pemaknaan proses dan hasil belajar, karena peserta didik mendapatkan pengalaman
belajar yang kontekstual dan bahan apersepsi untuk memahami konsep ilmu
pengetahuan dalam budaya lokal (etnis) yang dimiliki. Di samping itu, model
pengintegrasian budaya dalam pembelajaran dapat memperkaya budaya lokal (etnis)
tersebut yang pada gilirannya juga dapat mengembangkan dan mengukuhkan budaya
nasional yang merupakan puncak-puncak lokal dan budaya etnis yang berkembang
(Dikti, 2004: 4). Dalam Pembelajaran Berbasis Budaya, “budaya diintegrasikan
sebagai alat bagi proses belajar untuk memotivasi peserta didik dalam
mengaplikasikan pengetahuan, bekerja secara kooperatif, dan mempersepsikan
keterkaitan antara berbagai mata pelajaran.”
1.
Petunjuk
untuk mengajarkan materi multikultural
Empat belas petunjuk berikut
didesain untuk membantu Anda dengan lebih baik dalam mengintegrasikan isi
tentang kelompok etnis ke dalam perencanaan dan pelaksanaan sekolah dan
mengajar secara efektif dalam lingkungan multikultural.
A. Anda,
guru, adalah variabel yang amat penting dalam mengajarkan materi etnis. Jika
Anda memiliki pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang diperlukan, saat Anda
menghadapi materi rasis di dalam bahan pelajaran atau mengobservasi rasisme
dalam pernyataan dan perilaku siswa, Anda dapat menggunakan situasi ini untuk
mengajarkan pelajaran penting tentang pengalaman kelompok etnis tertentu.
B. Pengetahuan
tentang kelompok etnis diperlukan untuk mengajarkan materi etnis secara
efektif.
C. Sensitiflah
dengan sikap, perilaku rasial Anda sendiri dan pernyataan yang Anda buat
sekitar kelompok etnis di kelass.
D. Yakin
kan bahwa kelas Anda membawa citra positif tentang berbagai kelompok etnis.
Anda dapat melakukan ini dengan menayangkan majalah dinding, poster, dan
kalender yang memperlihatkan perbedaan rasial dan etnis dalam masyarakat.
E. Sensitiflah
terhadap sikap rasial dan etnis dari siswa Anda dan jangan menerima keyakinan
bahwa “anak-anak tidak melihat ras,
kelompok kaya/miskin, warna kulit.” Karena hal ini disangkal oleh riset.
F. Bijaksanalah
dalam pilihan Anda dan dalam menggunakan materi pelajaran.
G. Gunakan
buku, film, videotipe dan rekaman yang dijual di pasaran untuk pelengkap buku
teks dari kelompok etnis dan menyajikan perspektif kelompok etnis pada siswa
Anda.
H. Berikan
sentuhan warisan budaya dan etnis Anda sendiri.
I. Sensitiflah
dengan kemungkinan sifat kontroversial dari sebagian materi studi etnis.
J. Sensitiflah
dengan tahap perkembangan dari siswa Anda jika Anda memilih konsep, materi dan
aktivitas yang berkaitan dengan kelompok etnis.
K. Memandang
siswa kelompok minoritas Anda sebagai pemenang.
L. Ingatlah
bahwa orang tua dari siswa berkulit berwarna amat berminat dalam pendidikan dan
ingin anak-anak mereka berhasil secara akademis sekalipun orang tua mereka
terpinggirkan dari sekolah.
M. Gunakan
teknik belajar yang kooperatif dan kerja kelompok untuk menigkatkan integrasi
ras dan etnis di sekolah dan di kelas.
N. Yakinkan
bahwa permainan sekolah, pemandu sorak, publikasi sekolah, kelompok informal
dan formal yang lain terintegrasi secara rasial juga yakinkan bahwa berbagai kelompok etnis dan rasial
memiliki status yang sama di penampilan dan presentasi sekolah.
Hernandes (1989) memberi petunjuk pada
guru dalam memilih materi dan proses Pendidikan Multikultural. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam pemilihan materi dan proses pembelajaran Pendidikan
Multikultural adalah sebagai berikut.
1.
Penting mengemukakan alasan politik, sosial, pendidikan dan ekonomi untuk
mengenalkan bangsa sebagai masyarakat yang beraneka ragam secara budaya.
2.
Pendidikan Multikultural untuk semua siswa.
3.
Pendidikan Multikultural sinonim dengan pengajaran efektif.
4.
Pengajaran adalah pertemuan multi dan lintas budaya.
5.
Sistem pendidikan tidak melayani semua siswa sama baiknya.
6.
Pendidikan Multikultural (seharusnya) sinonim dengan inovasi dan reformasi
pendidikan.
7.
Yang terdekat dengan orang tua (terutama pemberi perhatian) adalah guru. Guru
merupakan salah satu faktor terpenting dalam hidup siswa.
8.
Interaksi kelas antara guru dan siswa merupakan bagian utama dari proses
pendidikan dari sebagian besar siswa.
Tujuan
dari tindakan di atas adalah untuk:
1.
Memberi setiap siswa kesempatan untuk
mencapai potensinya.
2.
Mempelajari bagaimana belajar dan
berpikir secara kritis.
3.
Mendorong siswa untuk mengambil peranan
aktif dalam pendidikannya sendiri dengan membawa kisah dan pengalamannya ke
dalam lingkup belajarnya.
4.
Menunjukan pada gaya belajar yang
bermacam-macam.
5.
Menghargai kontribusi kelompok lain yang
telah berkontribusi pada dasar pengetahuan kita.
6.
Mengembangkan sikap positif tentang
kelompok orang yang berbeda dari dirinya sendiri.
7.
Menjadi warga sekolah, warga masyarakat,
warga negara dan masyarakat dunia yang baik.
8.
Belajar bagaimana mengevaluasi
pengetahuan dari perspektif yang berbeda.
9.
Mengembangkan identitas etnis, nasional
dan global.
10. Memberi
ketrampilan mengambil keputusan dan ketrampilan analisis kritis sehingga siswa
dapat membuat pilihan yang lebih baik dalam kehidupannya sehari-hari.
2.
Prinsip-Prinsip
Dalam Menyeleksi Materi Pokok Bahasan
Dari Gordon dan
Robert mengajukan sejumlah prinsip yang menjadi dasar dalam menyeleksi materi
pokok:
1. Seleksi
materi pokok bahasan seharusnya mencantumkan hal-hal kultural. Didasarkan pada
keilmuan masa kini. Keinklusifan ini seharusnya berhubungan dengan pendapat
yang berbeda dan interpretasi yang beragam.
2. Materi
pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan seharusnya merepresentasikan
keberagaman dan kesatuan di dalam dan lintas kelompok.
3. Materi
pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan seharusnya berada dalam konteks
waktu dan tempat.
4. Materi
pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan seharusnya memberikan prioritas
untuk memperdalam di sampilng keluasan.
5. Perspektif
multi budaya seharusnya dimasukkan di dalam keseluruhan kurikulum.
6. Materi
pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan seharusnya diperlakukan sebagai
konstruk sosial dan oleh karena itu tentatif seperti halnya seluruh
pengetahuan.
7. Pokok
bahasan seharusnya menggambarkan dan tersusun berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan yang dialami siswa untuk dibawa ke kelas.
8. Pedagogi
seharusnya berkaitan dengan sejumlah cara belajar mengajar interaktif agar
menambah pengertian, pengujian kontraversi dan saling belajar.
B.
PENERAPAN
PEMBELAJARAN BERBASIS BUDAYA
1.
Empat
Macam Pembelajaran Berbasis Budaya
Pembelajaran
Berbasis Budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar dan
perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari
proses pembelajaran. (Dirjen Dikti. 2004: 12). Pembelajaran Berbasis Budaya
dilandaskan pada pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang fundamental bagi
pendidikan, ekspresi dan komunikasi suatu gagasan, serta perkembangan
pengetahuan.
Pembelajaran Berbasis Budaya dapat
dibedakan menjadi empat macam, yaitu: belajar
tentang budaya, belajar dengan budaya, belajar melalui budaya, belajar
berbudaya.
1.
Belajar tentang budaya menempatkan budaya sebagai bidang ilmu. Budaya
dipelajari dalam program studi khusus, tentang budaya dan untuk budaya. Dalam
hal ini, budaya tidak terintegrasi dengan bidang ilmu lain.
2.
Belajar dengan budaya terjadi pada saat budaya diperkenalkan kepada siswa
sebagai cara atau metode untuk mempelajari pokok bahasan tertentu. Belajar
dengan budaya meliputi pemanfaatan beragam bentuk perwujudan budaya. Dalam
belajar dengan budaya, budaya dan perwujudannya menjadi media pembelajaran
dalam proses belajar menjadi konteks dari contoh-contoh tentang konsep atau
prinsip dalam suatu mata pelajaran, serta menjadi konteks penerapan prinsip
atau prosedur dalam suatu mata pelajaran.
3.
Belajar melalui budaya merupakan strategi yang memberikan kesempatan siswa
untuk menunjukkan pencapaian pemahaman atau makna yang diciptakannya dalam suatu
mata pelajaran melalui ragam perwujudan budaya. Belajar melalui budaya
merupakan salah satu bentuk multiple representation of learning (Dirjen Dikti,
2004: 15), atau bentuk menilaian pemahaman dalam beragam bentuk.
4.
Belajar berbudaya merupakan bentuk menerapkan budaya itu dalam perilaku nyata
sehari-hari siswa. Misalnya, anak dibudayakan untuk selalu menggunakan bahasa Krama Inggil pada hari Sabtu melalui
Program Sabtu Budaya.
2.
Bentuk
Dan Nilai-Nilai Yang Dikembangkan Dalam Pembelajaran Berbasis Budaya
Bentuk-bentuk
budaya daerah itu dapat berupa:
A. Cerita
daerah (misal Malin Kundang, Rara Mendut, asal nama kota Banyuwangi)
B. Tari-tarian
(Tari Kancet Papatai / Tari Perang Suku Dayak.
C. Tembang/lagu-lagu
daerah (Ilir-ilir, Sluku-sluku bathok)
D. Permainan
(Bentik, Jamuran, Dakon)
E. Seni
pertunjukan (Wayang, ketoprak, reog ponorogo)
F.
Kebiasaan/tradisi setempat (tahlil,
yasinan, bersih deso, tradisi larung sesaji, sekaten)
G. Benda-benda
dan makna filosofisnya (mandau, perisai, benda tradisional).
H. Pakaian
(setiap daerah memiliki pakaian daerah masing-masing)
Nilai-nilai
yang terdapat dalam budaya daerah:
Nilai-nilai yang terdapat dalam
budaya daerah sangat beragam tergantung pada bentuk yang ada. Nilai-nilai ini
memiliki kearifan budaya yang dapat dikembangkan dan dilakukan upaya
pembelajarannya. Sekedar contoh saja, nilai-nilai yang terdapat pada budaya
daerah itu antara lain:
Nilai-nilai
yang terdapat pada cerita daerah:
·
Kepatuhan dan penghormatan pada orang
tua (Malin Kundang)
·
Emansipasi wanita (Rara mendut)
·
Kesetiaan seorang istri/wanita
(Banyuwangi)
Tari
:
·
Kepahlawanan, kelincahan, kegesitan, dan
semangat. (Tari Kancet Pepatay suku Dayak Kenyah, Tari Cakalele, Maluku Utara).
·
Spiritual (Tari Kecak Bali, Tari Saman
Aceh, Tari Bedhaya Ketawang)
Tembang/Lagu-lagu
daerah:
·
Religius (Ilir-ilir)
·
Kegembiraan (Sluku sluku bathok)
Permainan:
·
Kelenturan, kecermatan, kegesitan
(benthik)
·
Kebersamaan/kerjasama (jamuran)
Seni
Pertunjukan:
·
Tuntunan (ketoprak dan wayang)
·
Ketuhanan, heroisme, keindahan (wayang)
Kebiasaan/tradisi:
·
Religius (sekaten, tahlil, yasinan)
·
Keselaran, keserasian dan keseimbangan
(bersih deso, larung sesaji)
Benda-benda
dan makna filosofisnya:
·
Harga diri (Celurit Madura)
·
Kepahlawanan dan kekuatan (mandau,
perisai dan baju perang, alat musik Sampe
dari Suku Dayak)
·
Kehormatan, keberanian dan ketuhanan
(Rencong Aceh)
·
Kebersamaan, kerukunan dan harmoni
(Rumah Gadang)
·
Kehormatan, kedewasaan, keperkasaan dan
nilai spiritual (Keris)
Pakaian
adalah kulit sosial dari kebudayaan kita. Pakaian adalah perpanjangan tubuh yang
menghubungkan sekaligus memisahkan antara tubuh dan dunia luar.
·
Identitas, status, hierarkhi, gender dan
ekspresi cara hidup (pakaian adat semua daerah)
·
Ekspresi cara hidup tertentu (koteka)
·
Hubungan kekuasaan (pakaian
pengantin/pakaian raja)
·
Perbedaan dalam pandangan sosial,
politik dan religius (pakaian umroh, jilbab)
Nilai-nilai
yang terdapat dalam budaya daerah:
·
Kepatuhan dan penghormatan pada orang
tua
·
Emansipasi wanita
·
Kesetiaan seorang istri/wanita
·
Kepahlawanan, kelincahan, kegesitan, dan
semangat
·
Religius
·
Kegembiraan
·
Kelenturan, kecermatan, kegesitan
·
Kebersamaan/kerjasama
·
Tuntunan/petuah
·
Ketuhanan, heroisme, keindahan
·
Keselarasan, keserasian dan keseimbangan
·
Kepahlawanan dan kekuatan
·
Kebersamaan, kerukunan dan harmoni
·
Kehormatan, keberanian dan ketuhanan
3.
Model
Pembelajaran Berbasis Budaya
Model pembelajaran berbasis budaya
melalui permainan tradisional dan lagu-lagu daerah. Nilai-nilai yang terkandung
dalam permainan tradisional dan lagu-lagu daerah (demokrasi, pendidikan,
kepribadian, keberanian, kesehatan, persatuan, moral)
Contoh-contoh
permainan tradisional:
A. Model
pembelajaran berbasis budaya melalui cerita rakyat
Nilai-nilai yang terkandung dalam
cerita rakyat (demokrasi, pendidikan, kepribadian, keberanian, kesehatan,
persatuan, moral)
B. Model
pembelajaran berbasis budaya melalui penggunaan alat-alat tradisional
Nilai-nilai yang terkandung dalam
penggunaan alat-alat tradisional (demokrasi, pendidikan, kepribadian,
keberanian, kesehatan, persatuan, moral)
Contoh-contoh
penggunaan alat-alat tradisional (pakaian, senjata, perabotan, dsb).
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam pembelajaran berbasis budaya,
budaya diintegrasikan sebagai alat bagi proses belajar untuk memotivasi peserta
didik dalam mengaplikasikan pengetahuan, bekerja secara kooperatif, dan
mempersepsikan keterkaitan antara berbagai mata pelajaran. Pembelajaran
Berbasis Budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar dan
perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari
proses pembelajaran. (Dirjen Dikti. 2004: 12). Pembelajaran Berbasis Budaya
dilandaskan pada pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang fundamental bagi
pendidikan, ekspresi dan komunikasi suatu gagasan, serta perkembangan
pengetahuan. Pembelajaran berbasis budaya dapat dibedakan menjadi empat macam,
yaitu: belajar tentang budaya, belajar dengan budaya, belajar melalui budaya,
belajar berbudaya. Budaya dan perwujudannya menjadi media pembelajaran dalam
proses belajar menjadi konteks dari contoh-contoh tentang konsep atau prinsip
dalam suatu mata pelajaran, serta menjadi konteks penerapan prinsip atau
prosedur dalam suatu mata pelajaran.
B.
Saran
Pembelajaran berbasis budaya percaya bahwa
setiap pendapat adalah unik, dan penciptaan makna terjadi secara individual,
sehingga tidak ada yang salah atau benar dalam hal ini. Jika pendapat siswa
berbeda, yang perlu dilakukan guru adalah bernegosiasi melalui interaksi dengan
siswa, sampai siswa mencapai kesimpulan apakah pendapatnya sesuai dengan kaidah
keilmuan yang dipelajarinya atau tidak. Dengan demikian, siswa dalam
pembelajaran berbasis budaya diakui dan dihargai sebagai individu dengan latar
belakang, pengalaman, dan pengetahuan awal yang unik, yang memiliki kemampuan
dan keinginan untuk belajar, dan untuk menjadi kreatif berdasarkan kaidah
ilmiah dalam konteks komunitasbudayanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar