Manusia dan Agama Dalam Perspektif
Islam
A.
Pengertian
Manusia dan Agama
Pengertian Manusia
Manusia pada hakikat nya adalah makhluk yang paling sempurna
dalam penciptaan nya, makhluk yang paling tinggi derajat nya diantara makhluk
yang lainnya, manusia diciptakan sebagai khalifah di Bumi dan makhluk yang
beriman serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Manusia adalah makhluk
ciptaan Allah yang memiliki potensi untuk beriman kepada Allah dengan
mempergunakan akalnya mampu memahami gejala-gejala alam, bertanggung jawab atas
segala perbuatannya dan berakhlak. Manusia diciptakan paling sempurna diantara
makhluk lainnya.
Manusia diberi kelebihan oleh Allah yaitu berupa akal, pikiran
dan panca indera secara baik dan benar. Akan tetapi manusia dapat menurunkan
derajatnya sendiri menjadi hewan. Sebagaimana dalam firman Allah dalam Surat
Al-Araf:179
Pengertian
manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia berasal dari
kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti
berpikir, berakal budi atau makhluk yang mampu menguasai makhluk lain. Secara
istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan
atau realitas, sebuah kelompok (genus)
atau seorang individu. Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies
primata
dari golongan mamalia
yang dilengkapi otak
berkemampuan tinggi.
“Mereka Jin dan Manusia punya hati
tetapi tidak dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, punya mata tetapi
tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, punya telinga
tetapi tidak mendengar ayat-ayat Allah. Mereka yang seperti itu sama aja
martabat nya dengan hewan bahkan lebih rendah lagi dari binatang.
Pengertian
Agama
Kata agama dalam bahasa Indonesia berarti sama dengan “din”
dalam bahasa Arab dan Semit, atau dalam bahasa Inggris “religion”. Dari arti
bahasa (etimologi) agama berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti tidak
pergi, tetap ditempat, diwarisi turun temurun. Sedangkan kata “din” menyandang
arti antara lain menguasai, memudahkan, patuh, utang, balasan atau kebiasaan. Secara
istilah (terminologi) agama, seperti ditulis oleh Anshari bahwa walaupun agama,
din, religion, masing-masing mempunyai arti etimologi sendiri-sendiri,
mempunyai riwayat dan sejarahnya sendiri-sendiri, namun dalam pengertian teknis
terminologis ketiga istilah tersebut mempunyai makna yang sama, yaitu:
1.
Agama,
din, religion adalah satu sistem credo (tata keimanan atau tata keyakinan) atas
adanya Yang Maha Mutlak diluar diri manusia;
2.
Agama
juga adalah sistem ritus (tata peribadatan) manusia kepada yang dianggapnya
Maha Mutlak tersebut.
3.
Di
samping merupakan satu sistema credo dan satu sistema ritus, agama juga adalah
satu sistem norma (tata kaidah atau tata aturan) yang mengatur hubungan manusia
sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam lainnya, sesuai dan sejalan
dengan tata keimanan dan tata peribadatan termaktub diatas.
Menurut Durkheim Durkheim: agama merupakan sebuah sistem
kepercayaan dan ritual yang berkaitan dengan yang suci (the sacred). Bagi
Spencer, agama adalah kepercayaan terhadap sesuatu yang Maha Mutlak. Sementara
Dewey, menyatakan bahwa agama adalah pencarian manusia terhadap cita-cita umum
dan abadi meskipun dihadapkan pada tantangan yang dapat mengancam jiwanya;
agama adalah pengenalan manusia terhadap kekuatan gaib yang hebat. Rita Smith
Kipp dan Susan Rodgers: agama harus (1) monoteistik, (2) mempunyai kitab, (3)
mempunyai nabi, dan (4) mempunyai komunitas internasional. Dengan demikian,
mengikuti pendapat Smith, tidak berlebihan jika kita katakan bahwa hingga saaat
ini belum ada definisi agama yang benar dan dapat ditarima secara universal.
Syarat-Syarat Agama
·
Percaya
dengan adanya Tuhan
·
Mempunyai kitab suci sebagai pandangan hidup
umat-umatnya
·
Mempunyai tempat suci
·
Mempunyai Nabi atau orang suci sebagai panutan
·
Mempunyai
hari raya keagamaan
Unsur-Unsur Agama
Menurut
Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa unsur pokok:
·
Kepercayaan
agama, yakni suatu prinsip yang dianggap benar tanpa ada keraguan lagi
·
Simbol agama, yakni identitas agama yang
dianut umatnya.
·
Praktik
keagamaan, yakni hubungan vertikal antara manusia dengan Tuhan-Nya, dan
hubungan horizontal atau hubungan antarumat beragama sesuai dengan ajaran
agama.
·
Pengalaman
keagamaan, yakni berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh
penganut-penganut secara pribadi.
·
Umat
beragama, yakni penganut masing-masing agama
Fungsi Agama
·
Sumber
pedoman hidup bagi individu maupun kelompok
·
Mengatur
tata cara hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia.
·
Merupakan
tuntutan tentang prinsip benar atau salah
·
Pedoman
mengungkapkan rasa kebersamaan
·
Pedoman
perasaan keyakinan
·
Pedoman
keberadaan
·
Pengungkapan
estetika (keindahan)
·
Pedoman
rekreasi dan hiburan
·
Memberikan
identitas kepada manusia sebagai umat dari suatu agama.
Karakteristik Agama
Karakteristik agama dalam kehidupan manusia seperti halnya
bangunan yang sempurna. Seperti dalam salah satu sabda nabi Muhammmad, bahwa
beliau adalah penyempurna bangunan agama tauhid yang telah dibawa oleh para
nabi dan rasul sebelum kedatangan beliau. Layaknya sebuah bangunan agamapun
harus memiliki rangka yang kokoh, tegas, dan jelas. Rangka yang baik adalah
rangka yang menguatkan bangunan yang akan dibangun di atasnya. Memiliki
ukuran yang simetris satu sama lainnya. Komposisi bahan yang tepat karena
berperan sebagai penopang. Oleh sebab itu, kerangka harus memiliki luas yang
cukup atau memiliki perbandingan yang sesuai dengan bangunannnya. Itulah
sebaik-baiknya agama dengan demikian agama pada dasarnya berperan sebagai
pedoman kehidupan manusia, untuk menjalani kehidupannya dibumi. Manusia akan
kehilangan pedoman atau pegangan dalam menjalani kehidupan di dunia bila tidak
berpedoman pada agama. Dewasa ini agama mengalami beralih dan berpedoman kepada
akal logikanya. Padahal akal dan logika manusia memiliki keterbatasan yaitu
keterbatasan melihat masa depan. Sedangkan agama telah disusun sedemikian rupa
oleh sang pencipta agar menjadi pedoman sepanjang hayat manusia. Akibat dari
skularisme ini menimbulkan gaya hidup baru bagi kaum muslim yakni gaya hidup
hedomisme dan pragmatis.
Adapun
karakteristik agama pada umumnya adalah sebagai berikut:
·
Agama
adalah suatu sistem tauhid atau sistem ketuhanan (keyakinan) terhadap
eksistensi suatu yang absolute (mutlak), diluar diri manusia yang merupakan
pangkal pertama dari segala sesuatu termasuk dunia dengan segala isinya.
·
Agama
merupakan sistem ritual atau peribadatan (penyembahan) dari manusia kepada
suatu yang absolut.
·
Agama
adalah suatu sistem nilai atau norma (kaidah) yang menjadi pola hubungan
manusiawi antara sesama manusia dan pola hubungan dengan ciptaan lainnya dari
yang absolut.
B.
Proses Terciptanya Manusia dalam
Pandangan Al-Qur’an dan Hadits
Dalam Pandangan Al-Qur’an
Allah Subhanahu wa
Ta’ala berfirman : “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang berbentuk (lain).
Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (Al Mukminun:12-14)
“Wahai manusia, jika
kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka ketahuilah
sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,
kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna
kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami
tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang telah
ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi … .” (Al Hajj : 5)
Ayat-ayat di atas menerangkan
tahap-tahap penciptaan manusia dari suatu keadaan kepada keadaan lain, yang
menunjukkan akan kesempurnaan kekuasaan-Nya sehingga Dia Jalla wa ‘Alaa saja
yang berhak untuk diibadahi. Begitu pula penggambaran penciptaan Adam ‘Alaihis
Salam yang Dia ciptakan dari suatu saripati yang berasal dari tanah berwarna
hitam yang berbau busuk dan diberi bentuk. “Dan sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur
hitam yang diberi bentuk.” (Al Hijr : 26)
Allah memindahkan calon
manusia dari nuthfah menjadi ‘alaqah. Dari ‘alaqah menjadi mudhghah dan
seterusnya tanpa membelah perut sang ibu bahkan calon manusia tersebut
tersembunyi dalam tiga kegelapan, sebagaimana firman-Nya :
“ … Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan … .” (Az Zumar : 6). Yang dimaksud “tiga kegelapan” dalam ayat di atas adalah kegelapan dalam selaput yang menutup bayi dalam rahim, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam perut. Demikian yang dikatakan Ibnu ‘Abbas, Mujahid, ‘Ikrimah, Abu Malik, Adh Dhahhak, Qatadah, As Sudy, dan Ibnu Zaid. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir juz 4 halaman 46 dan keterangan dalam Adlwaul Bayan juz 5 halaman 778)
“ … Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan … .” (Az Zumar : 6). Yang dimaksud “tiga kegelapan” dalam ayat di atas adalah kegelapan dalam selaput yang menutup bayi dalam rahim, kegelapan dalam rahim, dan kegelapan dalam perut. Demikian yang dikatakan Ibnu ‘Abbas, Mujahid, ‘Ikrimah, Abu Malik, Adh Dhahhak, Qatadah, As Sudy, dan Ibnu Zaid. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir juz 4 halaman 46 dan keterangan dalam Adlwaul Bayan juz 5 halaman 778)
Dalam
Pandangan Hadist
Dari nuthfah, Allah jadikan ‘alaqah yakni
segumpal darah beku yang bergantung di dinding rahim. Dari ‘alaqah menjadi
mudhghah yakni sepotong daging kecil yang belum memiliki bentuk. Setelah itu
dari sepotong daging bakal anak manusia tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala
kemudian membentuknya memiliki kepala, dua tangan, dua kaki dengan
tulang-tulang dan urat-uratnya. Lalu Dia menciptakan daging untuk menyelubungi
tulang-tulang tersebut agar menjadi kokoh dan kuat. Ditiupkanlah ruh, lalu
bergeraklah makhluk tersebut menjadi makhluk baru yang dapat melihat,
mendengar, dan meraba. (dapat dilihat keterangan
tentang hal ini dalam kitab-kitab tafsir, antara lain dalam Tafsir Ath Thabari,
Tafsir Ibnu Katsir, dan lain-lain). Sebagaimana dikabarkan
oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
“Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari segenggam (sepenuh telapak tangan) tanah yang diambil dari seluruh bagiannya. Maka datanglah anak Adam (memenuhi penjuru bumi dengan beragam warna kulit dan tabiat). Di antara mereka ada yang berkulit merah, putih, hitam, dan di antara yang demikian. Di antara mereka ada yang bertabiat lembut, dan ada pula yang keras, ada yang berperangai buruk (kafir) dan ada yang baik (Mukmin).” (HR. Imam Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi, berkata Tirmidzi : ‘Hasan shahih’. Dishahihkan oleh Asy Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi juz 3 hadits 2355 dan Shahih Sunan Abu Daud juz 3 hadits 3925)
“Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dari segenggam (sepenuh telapak tangan) tanah yang diambil dari seluruh bagiannya. Maka datanglah anak Adam (memenuhi penjuru bumi dengan beragam warna kulit dan tabiat). Di antara mereka ada yang berkulit merah, putih, hitam, dan di antara yang demikian. Di antara mereka ada yang bertabiat lembut, dan ada pula yang keras, ada yang berperangai buruk (kafir) dan ada yang baik (Mukmin).” (HR. Imam Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi, berkata Tirmidzi : ‘Hasan shahih’. Dishahihkan oleh Asy Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi juz 3 hadits 2355 dan Shahih Sunan Abu Daud juz 3 hadits 3925)
Berita
Nubuwwah di atas mengabarkan bahwa proses perubahan janin anak manusia
berlangsung selama 120 hari dalam tiga bentuk yang tiap-tiap bentuk berlangsung
selama 40 hari. Yakni 40 hari pertama sebagai nuthfah, 40 hari kedua dalam
bentuk segumpal darah, dan 40 hari ketiga dalam bentuk segumpal daging. Setelah
berlalu 120 hari, Allah perintahkan seorang Malaikat untuk meniupkan ruh dan
menuliskan untuknya 4 perkara di atas. Dalam riwayat lain : Malaikat masuk menuju
nuthfah setelah nuthfah itu menetap dalam rahim selama 40 atau 45 malam, maka
Malaikat itu berkata : “Wahai Rabbku! Apakah (nasibnya) sengsara atau bahagia?”
Lalu ia menulisnya. Kemudian berkata lagi : “Wahai Rabbku! Laki-laki atau
perempuan?” Lalu ia menulisnya dan ditulis (pula) amalnya, atsarnya, ajalnya,
dan rezkinya, kemudian digulung lembaran catatan tidak ditambah padanya dan
tidak dikurangi. (HR. Muslim dan Hudzaifah bin Usaid radhiallahu ‘anhu, shahih).
C.
Tugas,
Peran dan Kewajiban Manusia Dalam Kehidupan
Sebagai orang yang beriman kepada Allah, segala pernyataan
yang keluar dari mulut tentunya dapat tersingkap dengan jelas dan lugas lewat
kitab suci Al-Qur’an sebagai satu kitab yang abadi. Dia menjelaskan bahwa Allah
menjadikan manusia itu agar ia menjadi khalifah (pemimpin) di atas bumi ini dan
kedudukan ini sudah tampak jelas pada diri Adam (QS Al-An’am [6]:165 dan QS
Al-Baqarah [2]:30) di sisi Allah menganugerahkan kepada manusia segala yang ada
dibumi, semula itu untuk kepentingan manusia (ia menciptakan untukmu seluruh
apa yang ada dibumi ini. QS Al-Baqarah [2]:29). Maka sebagai tanggung jawab
kekhalifahan dan tugas utama umat manusia sebagai makhluk Allah, ia harus
selalu menghambakan dirinya kepada Allah Swt. Untuk mempertahankan posisi manusia
tersebut, Tuhan menjadikan alam ini lebih rendah martabatnya daripada
manusia. Oleh karena itu, manusia diarahkan Tuhan agar tidak tunduk
kepada alam, gejala alam (QS Al-Jatsiah [45]:13) melainkan hanya tunduk
kepada-Nya saja sebagai hamba Allah (QS Al-Dzarait [51]:56). Manusia harus
menaklukanya, dengan kata lain manusia harus membebaskan dirinya dari
mensakralkan atau menuhankan alam.
Khalifah mengandung makna bahwa Allah menjadikan manusia
wakil atau pemegang kekuasaan-Nya. Mengurus dunia dengan jalan melaksanakan
yang di ridhoinya dimuka Bumi ini. Dalam mengurus Dunia manusia di uji oleh
Allah, apakah ia akan melaksanakan tugas nya dengan baik atau sebalik nya. Untuk
dapat melaksanakan tugasnya manusia diberikan akal, pikiran dan kalbu yang
tidak diberi kepada makhluk lainnya. Dengan akal dan pemikirannya manusia mampu
mengamati alam semesta menghasilkan dan mengembangkan ilmu. Manusia diharapkan
akan dapat mencapai tujuan hidup nya untuk memperoleh keridhoan ilahi di dunia
sebagai bekal mendapakan keridhoan Allah di akhirat nanti. Manusia bertugas
memakmurkan bumi dan isinya. Alam semesta dan bumi dengan segala isinya telah
diserahkan kepada manusia sebagai amanah untuk dikelola. Karena hanya manusia
yang diserahi dan berani bertanggung jawab untuk memegang amanah Allah.
Sebagaimana firman Allah. Artinya : “Sesungguhnya kami telah mengemukakan
amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung. Maka semua enggan untuk memikul
amanat itu dan mereka tkhawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu
oleh manusia. Sesungguh nya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” Peran yang
hendaknya dilakukan seorang khalifah sebagaimana yang telah ditetapkan Allah,
diantaranya adalah : Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ;
Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu
Allah yaitu Al Qur’an. Mengajarkan ilmu
(al Baqoroh : 31-39). Membudayakan ilmu (al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah
diketahui bukan hanya untuk disampaikan kepada orang lain melainkan
dipergunakan untuk dirinya sendiri dahulu agar membudaya. Seperti apa yang
telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
Kekuasaan manusia sebagai wakil Allah dibatasi oleh
aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang
diwakilinya, yaitu hukum-hukum Allah baik yang tertulis dalam kitab suci
(al-Qur’an), maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta (al-kaun).
Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang
mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati kepercayaan yang
diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap penggunaan
kewenangannya di hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam QS 35
(Faathir : 39) yang artinya adalah : “Dia-lah
yang menjadikan kamu khalifah-khalifah dimuka bumi. Barang siapa yang kafir,
maka (akibat) kekafiran orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah
kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak
lainhanyalah akan menambah kerugian mereka belaka”.
Jadi dari uraian tersebut diatas bisa ditarik kesimpulan
secara singkat bahwa manusia hakikatnya adalah makhluk biologis, psikolsogi dan
sosial yang memiliki dua predikat statusnya dihadapan Allah sebagai Hamba Allah
(QS Al-Dzarait [51]:56) dan fungsinya didunia sebagai khalifah Allah (QS
Al-Baqarah [2]:30); al-An’am [6]:165), mengantur alam dan mengelolanya untuk mencapai
kesejahteraan kehidupan manusia itu sendiri dalam masyarakat dengan tetap
tunduk dan patuh kepada sunnatullah.
D. Sejarah
Singkat Agama Didunia Sampai Pada Nabi Muhammad SAW
Risalah Islam dilanjutkan oleh Nabi Muhammad s.a.w. di
Jazirah Arab pada abad ke-7 masehi ketika Nabi Muhammad saw mendapat wahyu dari
Allah swt. Setelah kematian Rasullullah s.a.w. kerajaan Islam berkembang hingga
Samudra Atlantik dan Asia Tengah di Timur. Namun, kemunculan kerajaan-kerajaan
Islam seperti kerajaan Umayyah, Abbasiyyah, Turki Seljuk, dan Kekhalifahan
Ottoman, Kemaharajaan Mughal, India,dan Kesultanan Melaka telah menjadi
kerajaaan yang besar di dunia. Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli filsafat dan
sebagainya muncul dari negeri-negeri Islam terutama pada Zaman Emas Islam.
Karena banyak kerajaan Islam yang menjadikan dirinya sekolah.
Di abad ke-18 dan 19 masehi, banyak daerah Islam jatuh ke
tangan Eropa. Setelah Perang Dunia I, Kerajaan Ottoman, yaitu kekaisaran Islam
terakhir tumbang.
Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah kawasan yang dilewati oleh jalur sutera. Kebanyakkan Bangsa Arab merupakan penyembah berhala dan sebagian merupakan pengikut agama Kristen dan Yahudi. Mekah adalah tempat suci bagi bangsa Arab ketika itu karana terdapat berhala-berhala mereka dan Telaga Zamzam dan yang paling penting sekali serta Ka'bah yang didirikan Nabi Ibrahim beserta Ismail.
Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah kawasan yang dilewati oleh jalur sutera. Kebanyakkan Bangsa Arab merupakan penyembah berhala dan sebagian merupakan pengikut agama Kristen dan Yahudi. Mekah adalah tempat suci bagi bangsa Arab ketika itu karana terdapat berhala-berhala mereka dan Telaga Zamzam dan yang paling penting sekali serta Ka'bah yang didirikan Nabi Ibrahim beserta Ismail.
Nabi
Muhammad saw. dilahirkan di Mekah pada Tahun Gajah yaitu 570 masehi. Ia
merupakan seorang anak yatim sesudah kedua orang tuanya meninggal dunia.
Muhammad akhirnya dibesarkan oleh pamannya, Abu Thalib. Muhammad menikah dengan
Siti Khadijah dan menjalani kehidupan yang bahagia. Namun, ketika Nabi Muhammad
saw. berusia 40 tahun, beliau didatangi Malaikat Jibril Sesudah beberapa waktu Muhammad
mengajar ajaran Islam secara tertutup kepada rekan-rekan terdekatnya, yang
dikenal sebagai "as-Sabiqun al-Awwalun(Orang-orang pertama yang memeluk
Islam)" dan seterusnya secara terbuka kepada seluruh penduduk Mekah.
Pada tahun 622 masehi, Muhammad dan pengikutnya hijrah ke
Madinah. Peristiwa ini disebut Hijrah. Peristiwa lain yang terjadi setelah
hijrah adalah pembuatan kalender Hijirah. Penduduk Mekah dan Madinah ikut
berperang bersama Nabi Muhammad saw. dengan hasil yang baik walaupun ada di
antaranya kaum Islam yang tewas. Lama kelamaan para muslimin menjadi lebih
kuat, dan berhasil menaklukkan Kota Mekah. Setelah Nabi Muhammad s.a.w. wafat,
seluruh Jazirah Arab di bawah penguasaan Islam.
E. Hubungan
Manusia dan Agama
Manusia memiliki bermacam ragam kebutuhan batin maupun lahir
akan tetapi, kebutuhan manusia terbatas karena kebutuhan tersebut juga
dibutuhkan oleh manusia lainnya. Karena manusia selalu membutuhkan pegangan
hidup yang disebut agama karena manusia merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan
yang mengakui adanya yang maha kuasa tempat mereka berlindung dan memohon
pertolongan. Sehingga keseimbangan manusia dilandasi kepercayaan beragama.
Sikap orang dewasa dalam beragama sangat menonjol jika, kebutuhan akan beragama
tertanam dalam dirinya. Kestabilan hidup seseorang dalam beragama dan tingkah
laku keagamaan seseorang, bukanlah kestabilan yang statis. Adanya perubahan itu
terjadi karena proses pertimbangan pikiran, pengetahuan yang dimiliki dan
mungkin karena kondisi yang ada. Tingkah laku keagamaan orang dewasa memiliki
perspektif yang luas didasarkan atas nilai-nilai yang dipilihnya. Dari segi pragmatisme, seseorang itu
menganut sesuatu agama adalah disebabkan oleh fungsinya. Bagi kebanyakan orang,
agama itu berfungsi untuk menjaga kebahagiaan hidup. Tetapi dari segi sains
sosial, fungsi agama mempunyai dimensi yang lain seperti yang akan diuraikan di
bawah ini: Memberi pandangan dunia kepada satu-satu budaya manusia. Agama
dikatakan memberi pandangan dunia kepada manusia karena ia sentiasanya
memberipenerangan kepada dunia (secara keseluruhan), dan juga kedudukan manusia
di dalam dunia.Penerangan dalam masalah ini sebenarnya sulit dicapai melalui
indra manusia, melainkan sedikitpenerangan daripada falsafah. Contohnya, agama
Islam menerangkan kepada umatnya bahwadunia adalah ciptaan Allah SWT dan setiap
manusia harus menaati Allah. Begitu juga untuk yang beragama lain dengan
kepercayaan kepada Tuhan yg di miliki.
Menjawab berbagai pertanyaan yang tidak mampu dijawab oleh
manusia. Sebagian pertanyaan yang
sentiasa ditanya oleh manusia merupakan pertanyaan yang tidak terjawab
oleh akal manusia sendiri. Contohnya pertanyaan kehidupan setelah mati, tujuan
hidup, soal nasib dan sebagainya. Bagi kebanyakan manusia,
pertanyaan-pertanyaan ini sangat menarik dan perlu untuk menjawabnya.
Maka, agama itulah fungsinya untuk menjawab persoalan-persoalan ini. Memberi rasa kekitaan kepada sesuatu
kelompok manusia. Agama merupakan
satu faktor dalam pembentukkan kelompok manusia. Ini adalah karena sistemagama
menimbulkan keseragaman bukan saja kepercayaan yang sama, melainkan tingkah
laku,pandangan dunia dan nilai yang sama.
Memainkan fungsi peranan social. Kebanyakan
agama di dunia ini menyarankan kepada kebaikan. Dalam ajaran agama
sendirisebenarnya telah menggariskan kode etika yang wajib dilakukan oleh
penganutnya. Maka inidikatakan agama memainkan fungsi peranan sosial.
Pentingnya Agama Dalam Kehidupan Manusia
Peran yang paling pertama dan utama dalam hidup dan
kehidupan manusia itu tidak lain adalah agama, dengan kata lain hanya dengan
agamalah manusia hidup teratur dan terkendali juga sebagai penggerak atau
pendorong untuk semangat hidup yang lebih baik didunia ini dan untuk
kembali ketempat yang lebih kekal yaitu diakhirat kelak. Keimanan dan ketaqwaan
terhadap ajaran agama adalah merupakan kunci dan kendali segala pemuas
kebutuhan manusia yang tidak ada batasnya, hal itu merupakan pengawasan interen
yang ada pada diri kita sedang pengawasan ekterennya adalah norma atau aturan. Karena
manusia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama karena manusia
merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya yang maha
kuasa tempat mereka berlindung dan memohon pertolongan. Sehingga keseimbangan
manusia dilandasi kepercayaan beragama.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang memiliki potensi
untuk beriman kepada Allah dengan mempergunakan akalnya mampu memahami
gejala-gejala alam, bertanggung jawab atas segala perbuatannya dan berakhlak.
Agama merupakan tata keimanan atau tata keyakinan atas adanya Yang Maha Mutlak
(Tuhan) diluar diri manusia. Agama memiliki syarat, fungsi dan karakteristik
tertentu sesuai dengan agama yang diyakini oleh manusia. Manusia diciptakan
oleh Tuhan dari saripati tanah hingga menjadi sosok jasad tubuh yang kemudia
dijadikannya sebagai khalifah dimuka bumi ini. Manusia diserahi tugas hidup
yang merupakan amanat Allah dan harus dipertanggungjawabkan di hadapan-Nya.
Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu
tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan
pemeliharaan alam. Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat
Allah untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada
manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa
yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya. Keimanan dan ketaqwaan
terhadap ajaran agama adalah merupakan kunci dan kendali segala pemuas
kebutuhan manusia yang tidak ada batasnya, hal itu merupakan pengawasan interen
yang ada pada diri kita sedang pengawasan ekterennya adalah norma atau aturan.
B. Saran
Sebagai makhluk ciptaan Allah yang dilengkapi dengan
fikiran, hendaknya manusia lebih mendekatkan diri kepada penciptanya. Sebagai
khalifah, manusia diberi wewenang berupa kebebasan memilih dan menentukan,
sehingga kebebasannya melahirkan kreatifitas yang dinamis. Kebebasan manusia
sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan yang
dimiliki tidak menjadikan manusia bertindak
sewenang-wenang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar