Teori
belajar selalu bertolak belakang dari suatu pandangan psikologi belajar
tertentu.Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan dengan
itu bermunculan pula berbagai teori tetang balajar.Didalam masa perkembangan
psikologi pendidikan dizaman mutakhir ini muncullah secara beruntun beberapa
aliran psikologi pendidikan, masing – masing yaitu Psikologi behavioristic,
Psikologi kognitif, dan Psikologi humanistik.Ketiga aliran psikologi pendidikan
itu tumbuh dan berkembang secara beruntun, dari periode ke periode barikutnya
PEMBAHASAN
A.
Aliran
Psikologi Belajar
1.
Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu
aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah,
dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak
mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu
belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa
sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Dalam
Kamus Psikologi disebutkan juga beberapa pengertian Behaviorisme:
1.
Pandangan
beberapa ahli psikologi pada awal abad 20 yang menentang metode introspeksi;
dan menganjurkan agar psikologi dibatasi pada penelaahan perilaku yang terlihat
(observable behavior) untuk
dijadikan dasar pertimbangan data ilmiah.
2.
Suatu
aliran (dan sistem) psikologi yang dikembangkan oleh John B. Watson; suatu
pandangan umum yang menekankan peranan perilaku yang bias diamati (terbuka, overt behavior) serta memperkecil
arti dari proses-proses mental.
3.
Pandangan yang menyatakan bahwa perilaku
manusia dan hewan bias dimengerti, bias diramalkan dan dikontrol tanpa bantuan
keterangan-keterangan yang menyangkut keadaan mentalnya. Suatu aliran
psikologi, yang menekankan agar psikologi dibatasi pada studi mengenai perilaku
saja.
Ciri-
ciri aliran Behaviorisme:
1.
Mementingkan
pengaruh lingkungan.
2.
Mementingkan
bagian-bagian dari pada keseluruhan.
3.
Mementingkan
reaksi psikomotor.
4.
Mementingkan
sebab-sebab masa lampau.
5.
Mementingkan
pembentukan kebiasaan.
6.
Mengutamakan
mekanisme terjadinya hasil belajar.
7.
Mengutamakan
trial and error
Dalam buku lain juga disebutkan bahwa ciri-ciri utama aliran
Behaviorisme antara lain:
1.
Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan
hanya mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan.
Pengalaman-pengalaman batin dikesampingkan.Dan hanya perubahan dan gerak-gerik
pada badan sajalah yang dipelajari.Maka sering dikatakan bahwa Behaviorisme
adalah psikologi tanpa jiwa.
2.
Segala macam perbuatan dikembalikan kepada reflex Behaviorisme mencari
unsure-unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan kesadarn,
yang dinamakan reflex. Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu
perangsang.Manusia dianggap suatu kompleks refleks atau suatu mesin reaksi.
3.
Behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua adalah sama. Menurut
Behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa.Manusia hanya makhluk yang berkembang
karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat mempengaruhi refleks
sekehendak hatinya.
2.
Kognitif
Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari
psikologi umum dan mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental sejauh
berkaitan dengan cara manusia berpikir dalam memperoleh pengetahuan, mengolah
kesan-kesan yang masuk melalui indra, pemecahan masalah, menggali ingatan
pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kehidupan mental mencakup gejala kognitif, afektif, konatif sampai pada taraf
tertentu, yaitu psikomatis yang tidak dapat dipisahkan secara tegas satu sama
lain. Oleh karena itu, psikologi kognitif tidak hanya menggali dasar gejala
khas kognitif, tetapi juga dari afektif (penafsiran dan pertimbangan yang
menyertai reaksi perasaan), konatif (keputusan kehendak).
Ciri-ciri
aliran Kognitif adalah:
1.
Meningkatkan
apa yang ada dalam diri manusia
2.
Meningkatkan
keseluruhan dari pada bagian-bagian
3.
Meningkatkan
peranan kognitif
4.
Meningkatkan
kondisi waktu sekarang
5.
Meningkatkan
pembentukan struktur kogniti
6.
Mengutamakan
keseimbangan dalam diri manusia
7.
Mengutamakan
“insight” (pengertian)
3.
Humanisme
Teori jenis ketiga adalah teori humanistic.Humanism adalah
aliran kemanusiaan, humanism adalah suatu pendekatan psikologis, dimana
ditonjolkan masalah-masalah, kepentingan-kepentingan manusiawi, nilai-nilai dan
martabat manusiawi.Menurut kamus psikologi ada beberapa pengertian tentang psikologi
Humanistik antara lain:
a.
Suatu
pendekatan terhadap psikologi yang menekankan usaha melihat orang sebagai
makhluk-makhluk yang utuh, dengan memusatkan diri pada kesadaran subjektif,
meneliti masalah-masalah manusiawi yang penting, serta memperkaya kehidupan
manusia.
b.
Pendekatan
psikologi secara umum, yang menekankan sifat-sifat karakteristik yang
membedakan makhluk-makhluk manusia dari hewan-hewan lainnya. Para psikolog
Humanistik terutama sekali menekankan kapasitas-kapasitas manusiawi yang
sosiatif dan konstrukstif.
c.
Pendekatan terhadap studi atas keberadaan
manusia, yang menekankan masalah keseluruhan pribadi serta unsure-unsur pokok
(konstituen-konstituen) imternal dan integrative dari totalitas aku pribadi
seseorang, motif-motif, niat-niat, perasan-perasaan dan seterusnya.
Bagi penganut teori ini, proses belajar harus berhulu dan
bermuara pada manusia itu sendiri.Dari keempat teori belajar, teori humanistic
inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat dari pada
dunia pendidikan.
Psikologi Kognitif disempurnakan oleh tokoh-tokoh seperti
Carl Rogers dan Frankle.Jadi ciri-ciri kognitif masih terdapat dalam aliran
psikologi humanism.
Ciri-ciri
aliran humanisme:
1.
Mementingkan manusia sebagai pribadi
2.
Mementingkan kebulatan pribadi
3.
Mementingkan peranan kognitif dan efektif
4.
Mementingkan persepsi subjektif yang dimiliki tiap individu
5.
Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri
6.
Mengutamakan “insight”
Ada
empat ciri psikologi yang berorientasi humanistic, yaitu:
1.
Memusatkan
perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman
sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
2.
Menekankan
pada kualitas-kualitas yang khas seperti kreatifitas, aktualisasi diri, sebagai
lawan dari pemikiran tentang manusia yang mekanistis dan reduksionistis.
3.
Menyandarkan
diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan
prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
4.
Memberikan
perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tertinggi pada kemuliaan dan martabat
manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap
individu (Misiak dan Sexton, 1988). Selain Maslow sebagai tokoh dalam psikologi
humanistic, juga Carl Rogers (1902-1987) yang terkenal dengan client-centered therapy.
4
Psikoanalisis
Psikoanalisa adalah satu psiko terapi yang secara typis
mencakup angan-angan dan mimpi-mimpi.Kesulitan-kesulitan pasien ditafsirkan
oleh analis bagi dirinya, dan dia dinasehati untuk berbuat sesuatu untuk
meredakan atau menguranginya.Data yang diperoleh melalui prosedur psikoanalitis
biasanya ditafsirkan sesuai dengan teori psikoanalitik. Teori aslinya yaitu
dari Freud, sangat menekankan seksualitas yang tertekan atau yang ada dalam sub
kesadaran. Sekarang ini terdapat beberapa sekolah , aliran psikoanalisa,
beberapa dari padanya berbeda dengan pendirian Freud dalam hal tidak terlalu
menekankan motivasi seksual. Beberapa dari sekolah tersebut menekankan
dasar-dasar social maupun biologis dari motivasi manusia.[1][21]
Pendiri
Psokoanalisis adalah Sigmun freud (1856-1936). Tujuan dari psikoanalisis dari
Freud adalah membawa ketingkat kesadaran mengenai ingatan atau pikiran-pikiran
yang direpres atau ditekan, yang diasumsikan sebagai sumber perilaku yang tidak
normal dari pasien.Menurut Freud dalam kehidupan sehari-hari baik orang yang
normal maupun orang yang neurotic keadaan tidak sadar (unconscious ideas)
bergelut untuk mengekspresikan dan dapat memotifasi pemikiran ataupun
perilaku.Psikoanalisis merupakan psikologi sebagai suatu ilmu. Akan tetapi
untuk kepentingan pengobatan, Freud mengatakan psikoanalisis ini boleh disebut
sebagai suatu cara atau penyembuhan.
Ciri-ciri
aliran psikoanalisis:
1. Proses kejiwaan meliputi proses
kesadaran dan proses ketidaksadaran.
2. Menganut prinsip “psychic
determinism” yang berarti bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam pikiran
seseorang, tidaklah terjadi secara kebetulan, melainkan karena peristiwa
kejiwaan yang mendahuluinya. Peristiwa kejiwaan yang satu berkaitan dengan
peristiwa lainnya, dan menimbulkan hubungan sebab-akibat.
3. Proses-proses mental yang tidak disadari
berfungsi lebih banyak dan lebih penting dalam kondisi mental baik normal
maupun abnormal.
B. Perbedaan aliran Psikoanalisa,
Humanistik, dan Behavior
1.
Aliran Psikoanalisa: mengabaikan potensi-potensi , melihat dari sisi negative
individu, alam bawah sadar, mimpi, dan masa lalu.
2.
Aliran Behaviorisme: mengabaikan potensi-potensi yang ada pada diri manusia,
manusia diperlakukan sebagai mesin yang artinya manusia sebagai satu siste
kompleks yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai hukum.
3.
Aliran Humanistik: tidak mengabaikan potensi-potensi yang ada pada diri
manusia, percaya pada kodrat individu, artinya individu pasti dapat dan harus
mengatasi masa lampau atau Psikoanalis, secara kodrat biologis dan lingkungan.
C. Kesulitan
Belajar
1. Pengertian
Kesulitan Belajar
Sebelum menjelaskan pengertian kesulitan belajar perlu
ditinjau lebih dahulu apakah yang dmaksud dengan belajar.Dalam hal ini ada bermacam-macam
pendapat.Belajar adalah usaha untuk membentuk hubungan antara perangsang dan
reaksi, pandangan ini dikemukakan oleh aliran psikologi yang dipelopori oleh
Thorndike. Adapun menurut para ahli psikologi Gestalt bahwa belajar adalah
suatu proses aktif, yang dimaksud aktif di sini ialah, bukan hanya aktivitas
yang nampak seperti gerakan-gerakan badan, akan tetapi juga aktivitas mental,
seperti proses berfikir, mengingat dan sebagainya. Anak didik yang mengalami kesulitan belajar
adalah anak didik yang tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya
ancaman, hambatan, ataupun gangguan dalam belajar, sehingga nampakan
gejala-gejala yang bisa diamati oleh orang lain, guru, ataupun orang tua.
Gejala-gejala yang dapat diamati tersebut misalnya; Prestasi yang rendah,
lambat mengrjakan tugas, sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, mudah
tersinggung dan pemarah.
Setiap
kali kesulitan belajar anak didik yang satu dapat diatasi, tetapi pada waktu
yang lain mucul lagi kasus kesulitan belajar anak didik kesulitan belajar anak
didik yang lain.
2. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak
jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya.Namun,
kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku
siswa. Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar
terdiri atas dua macam:
a.
Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam
diri siswa sendiri, yang meliputi faktor fisiologi dan faktor psikologi.
b.
Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar
siswa.
Kedua
faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut di
bawah ini.
a. Faktor intern siswa
Faktor
intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni:
1)
Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual atau intelegensi siswa.
2)
Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan
sikap.
3)
Yang bersifat psikomotorik (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya
alat-alat indra penglihat dan pendengar.
b. Faktor ekstern siswa
Ada
tiga macam faktor ekstern, antara lain:
1)
Lingkungan keluarga, seperti hubungan tidak harmonis.
2)
Lingkunagan masyarakat, seperti lingkunganyang kumuh, teman yang nakal.
3)
Lingkungan sekolah, seperti lokasi dekat pasar, guru yang kurang profesional,
fasilitas kurang memadai, dan lain-lain.
3. Proses
Mengatasi Kesulitan Belajar
1. Diagnosisi kesulitan belajar
Sebelum
menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru terlebih
dahulu melakukan identifikasi terhadap fenomena yang menunjukan kemungkinan
adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut.Upaya seperti ini disebut
diagnosis yang bertujuan menetapkan jenis penyakit yakni jenis kesulitan
belajar siswa.
Banyak
langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup
terkenal adalah prosedur Weener dan Senf (1982) sebagaiamana yang dikutip
Wardani (1991) sebagai berikut:
a.
Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika
mengikuti pelajaran.
b.
Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami
kesulitan belajar.
c.
Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang
mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
d.
Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat
kesulitan belajar yang dialami siswa.
e.
Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga
megalami kesulitan belajar.
2. Alternatif pemecahan kesulitan belajar
Banyak
alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya.
Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk
terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut:
a.
menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan
antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan
belajar yang dihadapkan siswa.
b.
Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan
perbaikan.
c.
Menyusun program perbaikan, khususnya program remidial teaching (perbaikan
pengajaran). Sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut:
1)
Tujuan pengajaran remidial.
2)
Materi pengajaran remidial.
3)
Metode pengajaran remidia.
4)
Alokasi waktu pengajaran remidial.
5)
Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remidial.
Setelah
langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melaksanakan langkah ke empat,
yakni melaksanakan program perbaikan.
4.
Usaha
Mengatasi Kesulitan Belajar
Mengatasi kesulitan belajar, tidak dapat dipisahkan dari
faktor-faktor kesul;itan belajar sebagaimana yang diuraikan di atas. Karena itu
mencari sumber penyebab utama dan sumber-sumber penyebab penyerta lainnya,
adalah menjadi mutlak adanya dalam rangka mengatasi kesulitan belajar.
Secara
garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka mengatasi
kesulitan belajar, dapat dilakukan melalui enam tahap, antara lain sebagai
berikut:
1. Pengumpulan data
Untuk
menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi.Untuk
memperoleh informasi tersebut, maka perlu diadakan sesuatu pengamatan langsung
yang disebut dengan pengumpulan data. Menurut Sam Isbani dan R Isbani, dalam
pengumpulan data dapat dipergunakan berbagai metode, di antaranya ialah;
observasi, kunjungan rumah, case study, case history, daftar pribadi, meneliti
pekerjaan anak, tugas kelompok, dan melaksanakan tes.
2. Pengolahan data
Data
yang terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya jika
tidak diadakan pengolahan data secara cermat. Dalam pengolahan data, langkah
yang dapat ditempuh antara lain:
a.
Identifikasi kasus.
b.
Membandingkan antar kasus.
c.
Membandingkan dengan hasil tes.
d.
Menarik kesimpulan.
3. Diagnosis
Diagnosis
adalah keputusan/ penentuan menganai hasil dari pengolahan data. Diagnosis ini
dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a.
Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya).
b.
Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan
belajar.
c.
Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar.
4. Prognosis
Prognosis
artinya “ramalan”.Apa yang telah ditetapkan dalam tahap diagnosis, akan menjadi
dasar utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang
harus diberikan kapadanya untuk membantu mengatasi masalahnya.
Pendek
kata, prognosis adalah aktifitas penyusunan rencana atau program yang
diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar peserta didik.
5. Treatment/perlakuan
Perlakuan
di sini maksudnya adalah pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan sesuai
dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut. Bentuk
treatment yang mungkin dapat diberikan adalah:
a.
Melalui bimbingan belajar kelompok.
b.
Melalui bimbingna belajar individual.
c.
Melalui pengajaran remidial dalam beberapa bidang studi tertentu.
d.
Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis.
e.
Melalui bimbingan orang tua.
6. Evaluasi
Evaluasi
di sini dimaksudkan untuk mengetahui, apakah treatment yang telah diberikan di
atas telah berhasil dengan bik, artinya ada kemajuan, atau bahkan gagal sama
sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar