Rabu, 15 Juni 2016

Aliran Psikologi Belajar


Teori belajar selalu bertolak belakang dari suatu pandangan psikologi belajar tertentu.Dengan berkembangnya psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan dengan itu bermunculan pula berbagai teori tetang balajar.Didalam masa perkembangan psikologi pendidikan dizaman mutakhir ini muncullah secara beruntun beberapa aliran psikologi pendidikan, masing – masing yaitu Psikologi behavioristic, Psikologi kognitif, dan Psikologi humanistik.Ketiga aliran psikologi pendidikan itu tumbuh dan berkembang secara beruntun, dari periode ke periode barikutnya

PEMBAHASAN
A.    Aliran Psikologi Belajar

1.        Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu.
Dalam Kamus Psikologi disebutkan juga beberapa pengertian Behaviorisme:
1.      Pandangan beberapa ahli psikologi pada awal abad 20 yang menentang metode introspeksi; dan menganjurkan agar psikologi dibatasi pada penelaahan perilaku yang terlihat (observable behavior) untuk dijadikan dasar pertimbangan data ilmiah.  
2.      Suatu aliran (dan sistem) psikologi yang dikembangkan oleh John B. Watson; suatu pandangan umum yang menekankan peranan perilaku yang bias diamati (terbuka, overt behavior) serta memperkecil arti dari proses-proses mental.
3.       Pandangan yang menyatakan bahwa perilaku manusia dan hewan bias dimengerti, bias diramalkan dan dikontrol tanpa bantuan keterangan-keterangan yang menyangkut keadaan mentalnya. Suatu aliran psikologi, yang menekankan agar psikologi dibatasi pada studi mengenai perilaku saja.
Ciri- ciri aliran Behaviorisme:
1.         Mementingkan pengaruh lingkungan.
2.         Mementingkan bagian-bagian dari pada keseluruhan.
3.         Mementingkan reaksi psikomotor.
4.         Mementingkan sebab-sebab masa lampau.
5.         Mementingkan pembentukan kebiasaan.
6.         Mengutamakan mekanisme terjadinya hasil belajar.
7.         Mengutamakan trial and error
Dalam buku lain juga disebutkan bahwa ciri-ciri utama aliran Behaviorisme antara lain:
1. Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan hanya mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalaman-pengalaman batin dikesampingkan.Dan hanya perubahan dan gerak-gerik pada badan sajalah yang dipelajari.Maka sering dikatakan bahwa Behaviorisme adalah psikologi tanpa jiwa.
2. Segala macam perbuatan dikembalikan kepada reflex Behaviorisme mencari unsure-unsur yang paling sederhana yakni perbuatan-perbuatan bukan kesadarn, yang dinamakan reflex. Refleks adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu perangsang.Manusia dianggap suatu kompleks refleks atau suatu mesin reaksi.
3. Behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua adalah sama. Menurut Behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa.Manusia hanya makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan pendidikan dapat mempengaruhi refleks sekehendak hatinya.

2.      Kognitif
Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum dan mencakup studi ilmiah tentang  gejala-gejala kehidupan mental sejauh berkaitan dengan cara manusia berpikir dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan-kesan yang masuk melalui indra, pemecahan masalah, menggali ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan mental mencakup gejala kognitif, afektif, konatif sampai pada taraf tertentu, yaitu psikomatis yang tidak dapat dipisahkan secara tegas satu sama lain. Oleh karena itu, psikologi kognitif tidak hanya menggali dasar gejala khas kognitif, tetapi juga dari afektif (penafsiran dan pertimbangan yang menyertai reaksi perasaan), konatif (keputusan kehendak).
Ciri-ciri aliran Kognitif adalah:
1.      Meningkatkan apa yang ada dalam diri manusia
2.      Meningkatkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
3.      Meningkatkan peranan kognitif
4.      Meningkatkan kondisi waktu sekarang
5.      Meningkatkan pembentukan struktur kogniti
6.      Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia
7.      Mengutamakan “insight” (pengertian)
3.      Humanisme
Teori jenis ketiga adalah teori humanistic.Humanism adalah aliran kemanusiaan, humanism adalah suatu pendekatan psikologis, dimana ditonjolkan masalah-masalah, kepentingan-kepentingan manusiawi, nilai-nilai dan martabat manusiawi.Menurut kamus psikologi ada beberapa pengertian tentang psikologi Humanistik antara lain:
a.                   Suatu pendekatan terhadap psikologi yang menekankan usaha melihat orang sebagai makhluk-makhluk yang utuh, dengan memusatkan diri pada kesadaran subjektif, meneliti masalah-masalah manusiawi yang penting, serta memperkaya kehidupan manusia.
b.                  Pendekatan psikologi secara umum, yang menekankan sifat-sifat karakteristik yang membedakan makhluk-makhluk manusia dari hewan-hewan lainnya. Para psikolog Humanistik terutama sekali menekankan kapasitas-kapasitas manusiawi yang sosiatif dan konstrukstif.
c.                    Pendekatan terhadap studi atas keberadaan manusia, yang menekankan masalah keseluruhan pribadi serta unsure-unsur pokok (konstituen-konstituen) imternal dan integrative dari totalitas aku pribadi seseorang, motif-motif, niat-niat, perasan-perasaan dan seterusnya.
Bagi penganut teori ini, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri.Dari keempat teori belajar, teori humanistic inilah yang paling abstrak, yang paling mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan.
Psikologi Kognitif disempurnakan oleh tokoh-tokoh seperti Carl Rogers dan Frankle.Jadi ciri-ciri kognitif masih terdapat dalam aliran psikologi humanism.
Ciri-ciri aliran humanisme:
1. Mementingkan manusia sebagai pribadi
2. Mementingkan kebulatan pribadi
3. Mementingkan peranan kognitif dan efektif
4. Mementingkan persepsi subjektif yang dimiliki tiap individu
5. Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri
6. Mengutamakan “insight”

Ada empat ciri psikologi yang berorientasi humanistic, yaitu:
1.         Memusatkan perhatian pada person yang mengalami, dan karenanya berfokus pada pengalaman sebagai fenomena primer dalam mempelajari manusia.
2.         Menekankan pada kualitas-kualitas yang khas seperti kreatifitas, aktualisasi diri, sebagai lawan dari pemikiran tentang manusia yang mekanistis dan reduksionistis.
3.         Menyandarkan diri pada kebermaknaan dalam memilih masalah-masalah yang akan dipelajari dan prosedur-prosedur penelitian yang akan digunakan.
4.         Memberikan perhatian penuh dan meletakkan nilai yang tertinggi pada kemuliaan dan martabat manusia serta tertarik pada perkembangan potensi yang inheren pada setiap individu (Misiak dan Sexton, 1988). Selain Maslow sebagai tokoh dalam psikologi humanistic, juga Carl Rogers (1902-1987) yang terkenal dengan client-centered therapy.

4        Psikoanalisis
Psikoanalisa adalah satu psiko terapi yang secara typis mencakup angan-angan dan mimpi-mimpi.Kesulitan-kesulitan pasien ditafsirkan oleh analis bagi dirinya, dan dia dinasehati untuk berbuat sesuatu untuk meredakan atau menguranginya.Data yang diperoleh melalui prosedur psikoanalitis biasanya ditafsirkan sesuai dengan teori psikoanalitik. Teori aslinya yaitu dari Freud, sangat menekankan seksualitas yang tertekan atau yang ada dalam sub kesadaran. Sekarang ini terdapat beberapa sekolah , aliran psikoanalisa, beberapa dari padanya berbeda dengan pendirian Freud dalam hal tidak terlalu menekankan motivasi seksual. Beberapa dari sekolah tersebut menekankan dasar-dasar social maupun biologis dari motivasi manusia.[1][21]
Pendiri Psokoanalisis adalah Sigmun freud (1856-1936). Tujuan dari psikoanalisis dari Freud adalah membawa ketingkat kesadaran mengenai ingatan atau pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan, yang diasumsikan sebagai sumber perilaku yang tidak normal dari pasien.Menurut Freud dalam kehidupan sehari-hari baik orang yang normal maupun orang yang neurotic keadaan tidak sadar (unconscious ideas) bergelut untuk mengekspresikan dan dapat memotifasi pemikiran ataupun perilaku.Psikoanalisis merupakan psikologi sebagai suatu ilmu. Akan tetapi untuk kepentingan pengobatan, Freud mengatakan psikoanalisis ini boleh disebut sebagai suatu cara atau penyembuhan.
Ciri-ciri aliran psikoanalisis:
1.    Proses kejiwaan meliputi proses kesadaran dan proses ketidaksadaran.
2.    Menganut prinsip “psychic determinism” yang berarti bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam pikiran seseorang, tidaklah terjadi secara kebetulan, melainkan karena peristiwa kejiwaan yang mendahuluinya. Peristiwa kejiwaan yang satu berkaitan dengan peristiwa lainnya, dan menimbulkan hubungan sebab-akibat.
3.     Proses-proses mental yang tidak disadari berfungsi lebih banyak dan lebih penting dalam kondisi mental baik normal maupun abnormal.
                                                                       
B. Perbedaan aliran Psikoanalisa, Humanistik, dan Behavior

1. Aliran Psikoanalisa: mengabaikan potensi-potensi , melihat dari sisi negative individu, alam bawah sadar, mimpi, dan masa lalu.
2. Aliran Behaviorisme: mengabaikan potensi-potensi yang ada pada diri manusia, manusia diperlakukan sebagai mesin yang artinya manusia sebagai satu siste kompleks yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai hukum.
3. Aliran Humanistik: tidak mengabaikan potensi-potensi yang ada pada diri manusia, percaya pada kodrat individu, artinya individu pasti dapat dan harus mengatasi masa lampau atau Psikoanalis, secara kodrat biologis dan lingkungan.

C.  Kesulitan Belajar

1.      Pengertian Kesulitan Belajar

Sebelum menjelaskan pengertian kesulitan belajar perlu ditinjau lebih dahulu apakah yang dmaksud dengan belajar.Dalam hal ini ada bermacam-macam pendapat.Belajar adalah usaha untuk membentuk hubungan antara perangsang dan reaksi, pandangan ini dikemukakan oleh aliran psikologi yang dipelopori oleh Thorndike. Adapun menurut para ahli psikologi Gestalt bahwa belajar adalah suatu proses aktif, yang dimaksud aktif di sini ialah, bukan hanya aktivitas yang nampak seperti gerakan-gerakan badan, akan tetapi juga aktivitas mental, seperti proses berfikir, mengingat dan sebagainya.  Anak didik yang mengalami kesulitan belajar adalah anak didik yang tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan, ataupun gangguan dalam belajar, sehingga nampakan gejala-gejala yang bisa diamati oleh orang lain, guru, ataupun orang tua. Gejala-gejala yang dapat diamati tersebut misalnya; Prestasi yang rendah, lambat mengrjakan tugas, sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, mudah tersinggung dan pemarah.
Setiap kali kesulitan belajar anak didik yang satu dapat diatasi, tetapi pada waktu yang lain mucul lagi kasus kesulitan belajar anak didik kesulitan belajar anak didik yang lain.

2.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya.Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku siswa. Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam:
a. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri, yang meliputi faktor fisiologi dan faktor psikologi.
b. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar siswa.

Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut di bawah ini.
a. Faktor intern siswa
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psiko-fisik siswa, yakni:
1) Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual atau intelegensi siswa.
2) Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
3) Yang bersifat psikomotorik (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indra penglihat dan pendengar.
b. Faktor ekstern siswa
Ada tiga macam faktor ekstern, antara lain:
1) Lingkungan keluarga, seperti hubungan tidak harmonis.
2) Lingkunagan masyarakat, seperti lingkunganyang kumuh, teman yang nakal.
3) Lingkungan sekolah, seperti lokasi dekat pasar, guru yang kurang profesional, fasilitas kurang memadai, dan lain-lain.

3.      Proses Mengatasi Kesulitan Belajar

1. Diagnosisi kesulitan belajar
Sebelum menetapkan alternatif pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru terlebih dahulu melakukan identifikasi terhadap fenomena yang menunjukan kemungkinan adanya kesulitan belajar yang melanda siswa tersebut.Upaya seperti ini disebut diagnosis yang bertujuan menetapkan jenis penyakit yakni jenis kesulitan belajar siswa.
Banyak langkah-langkah diagnostik yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah prosedur Weener dan Senf (1982) sebagaiamana yang dikutip Wardani (1991) sebagai berikut:
a. Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.
b. Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan belajar.
c. Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.
d. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
e. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga megalami kesulitan belajar.

2. Alternatif pemecahan kesulitan belajar
Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut:
a. menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapkan siswa.
b. Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan.
c. Menyusun program perbaikan, khususnya program remidial teaching (perbaikan pengajaran). Sebelumnya guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut:
1) Tujuan pengajaran remidial.
2) Materi pengajaran remidial.
3) Metode pengajaran remidia.
4) Alokasi waktu pengajaran remidial.
5) Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remidial.
Setelah langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melaksanakan langkah ke empat, yakni melaksanakan program perbaikan.

4.        Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar

Mengatasi kesulitan belajar, tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor kesul;itan belajar sebagaimana yang diuraikan di atas. Karena itu mencari sumber penyebab utama dan sumber-sumber penyebab penyerta lainnya, adalah menjadi mutlak adanya dalam rangka mengatasi kesulitan belajar.
Secara garis besar, langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam rangka mengatasi kesulitan belajar, dapat dilakukan melalui enam tahap, antara lain sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar, diperlukan banyak informasi.Untuk memperoleh informasi tersebut, maka perlu diadakan sesuatu pengamatan langsung yang disebut dengan pengumpulan data. Menurut Sam Isbani dan R Isbani, dalam pengumpulan data dapat dipergunakan berbagai metode, di antaranya ialah; observasi, kunjungan rumah, case study, case history, daftar pribadi, meneliti pekerjaan anak, tugas kelompok, dan melaksanakan tes.
2. Pengolahan data
Data yang terkumpul dari kegiatan tahap pertama tersebut, tidak ada artinya jika tidak diadakan pengolahan data secara cermat. Dalam pengolahan data, langkah yang dapat ditempuh antara lain:
a. Identifikasi kasus.
b. Membandingkan antar kasus.
c. Membandingkan dengan hasil tes.
d. Menarik kesimpulan.

3. Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan/ penentuan menganai hasil dari pengolahan data. Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar anak (berat dan ringannya).
b. Keputusan mengenai faktor-faktor yang ikut menjadi sumber penyebab kesulitan belajar.
c. Keputusan mengenai faktor utama penyebab kesulitan belajar.
4. Prognosis
Prognosis artinya “ramalan”.Apa yang telah ditetapkan dalam tahap diagnosis, akan menjadi dasar utama dalam menyusun dan menetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikan kapadanya untuk membantu mengatasi masalahnya.
Pendek kata, prognosis adalah aktifitas penyusunan rencana atau program yang diharapkan dapat membantu mengatasi masalah kesulitan belajar peserta didik.
5. Treatment/perlakuan
Perlakuan di sini maksudnya adalah pemberian bantuan kepada anak yang bersangkutan sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis tersebut. Bentuk treatment yang mungkin dapat diberikan adalah:
a. Melalui bimbingan belajar kelompok.
b. Melalui bimbingna belajar individual.
c. Melalui pengajaran remidial dalam beberapa bidang studi tertentu.
d. Pemberian bimbingan pribadi untuk mengatasi masalah-masalah psikologis.
e. Melalui bimbingan orang tua.
6. Evaluasi
Evaluasi di sini dimaksudkan untuk mengetahui, apakah treatment yang telah diberikan di atas telah berhasil dengan bik, artinya ada kemajuan, atau bahkan gagal sama sekali.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar